AHLAN WA SAHLAN - SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBANTU ANDA - SILAHKAN MENULIS PESAN KRITIK DAN SARAN ^_^

Friday, September 18, 2015

PENGARUH BENTUK FISIK DAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT NIMODIPINE-PEG DENGAN METODE PELEBURAN DAN EVAPORASI PELARUT

File lama di laptop, mungkin tugas seorang teman. Kami share barangkali ada manfaatnya..

Nimodipine, isopropil (2-methoxyethyl)-1,4-dihidro-2, 6 dimetil-4-(3-nitrofenil)-3-5-pyridene-dicarboxylate merupakan obat sejenis 1,4-dihydropyrene yang dikembangkan oleh Bayer AG digunakan untuk mencegah dan mengobati iskemik neurologis yang disebabkan oleh spasme serebral yang disertai subarachnoid hemorrhage. Nimodipine termasuk obat biofarmasetika kelas 2 yaitu memiliki kelarutan rendah tetapi permeabilitas terhadap membran baik. Nimodipine merupakan 2 antipoda yang menunjukkan 2 bentuk polimorfisme. Modifikasi I menunjukkan senyawa warna kuning sedangkan modifikasi II menunjukkan kristal putih. Nimodipine praktis tidak larut dalam air meskipun modifikasi I mempunyai kelarutan dalam air sampai 25 pada 37oC dua kali dari modifikasi II. Meskipun permeabilitas obatnya tinggi, absorbsi dan disolusinya dalam cairan gastrointestinal, nimodipine menunjukkan bioavailabilitas yang rendah setelah pemberian oral. 

Proses bioavailabilitas suatu obat dipengaruhi oleh proses kelarutan. Nimodipine memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Untuk meningkatkan kelarutan dari nimodipine dilakukan dispersi padat dengan PEG 4000 sebagai pembawa. Metode dispersi padat yang digunakan adalah peleburan dan metode penguapan pelarut kemudian stabilitas jangka panjang dari formulasi nimodipine diuji  melalui karakteristik fisikokimianya. Pada dasarnya metode dispersi padat yang dilakukan mengubah bentuk polimorf menjadi amorf dengan cara meleburkan atau melarutkannya bersama pembawa hidrofil yaitu PEG 4000. Kelarutan akan mempengaruhi bioavailabilitas  suatu obat. Semakin cepat obat itu larut maka semakin cepat diabsorbsi sehingga bioavailabilitas obat semakin besar. Secara in vitro, proses bioavailabilitas dapat dilihat dari profil disolusi.

 Metode peleburan
Perbandingan formula nimodipine : PEG (10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50) sebagai kontrol dibuat perbandingan 100:0. Campuran nimodipine dan PEG dilebur dalam tabung reaksi di atas tangas minyak pada suhu 130oC di bawah atmosfer argon  lalu didinginkan di atas waterbath. Dispersi padat yang terbentuk dimasukkan ke dalam desikator suhu 25oC.

 Metode evaporasi (penguapan pelarut)
Nimodipine dan PEG dilarutkan dalam etanol kemudian di ultrasonik selama 10 menit. Pelarut diuapkan di udara terbuka selama 2 hari. Hasil dispersi padat yang terbentuk dimasukkan dalam desikator. 

Efek jangka panjang dari sediaan diamati setelah penyimpanan 6 bulan pada suhu kamar dengan kelembaban udara 60%. Pengujian dispersi padat dilakukan meliputi kalorimetri, disfraksi sinar X, scanning mikroskop elektron, micro-raman spectro, disolusi. Selama penyimpanan 6 bulan tidak terjadi perubahan bentuk amorf menjadi kristal. Untuk mengetahui laju disolusi dari hasil dispersi padat dengan cara membandingkan antara nimodipine murni dengan campuran PEG.

Laju disolusi  dispersi padat dengan menggunakan metode pelarutan dan peleburan dengan perbandingan konsentrasi nimodipine:PEG (20:80) didapatkan hasil yang sama. Pada metode peleburan semakin tinggi konsentrasi obat yang ditambahkan maka disolusi obatnya lebih cepat. Hal ini dikarenakan semakin besar PEG 4000 yang ditambahkan maka jumlah nimodipine yang terdispersi molekuler dalam PEG 4000 menjadi semakin besar sehingga nimodipine menjadi semakin amorf. Bentuk amorf ini akan lebih mudah larut selain itu dengan adanya PEG akan meningkatkan daya pembasahan sehingga  semakin banyak nimodipine yang terlarut. Jadi, konsentrasi nimodipine dalam darah semakin besar.

No comments:

Post a Comment