Thursday, September 29, 2011
POLIP HIDUNG
A. Defenisi
Polip hidung adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak atau kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai, bentuk bulat atau lonjong,berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.Sering bilateral dan multipel. Polip merupakan manifestasi dari berbagai penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rinitis alergi, asma, dan lain-lain
B. Epidemologi
Prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann dkk,1994) dan 4,3% di Finlandia (Hedman dkk 1999). Dengan perbandingan pria dan wanita 2-4:1 (Drake Lee ,1987). Jarang ditemukan pada anak-anak. Biasanya polip hidung ditemukan pada umur setelah 20 tahun. Di Indonesia studi epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3 : 1 dengan prevalensi 0,2%-4,3%
C. Etiologi
Polip hidung merupakan penyakit inflamasi kronik dengan etiologi yang belum diketahui. Alergi dan infeksi dianggap sebagai faktor etiologi paling penting dalam perkembangan polip hidung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Christian Lopo (2003) ditemukan infiltrasi sel inflamasi baik pada polip alergik maupun non alergik. Prostaglandin dan leukotrien diketahui memegang peranan penting pada reaksi inflamasi alergi. Keberadaan polip hidung bersama asma dan ASA menunjukkan prostaglandin, leukotrien dan asam arakidonat terlibat dalam pathogenesis polip hidung. Disamping itu ada penjelasan lain mengenai 3 faktor yang berperan dalam terjadinya polip nasi, yaitu :
1. Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik dan berulang.
2. Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Edema. Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.
Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli. Fenomena Bernoulli merupakan penjelasan dari hukum sunnatullah yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa.Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung.
D. Patofisiologi
Pada awalnya ditemukan edema mukosa yang timbul karena suatu peradangan kronik yang berulang, kebanyakan terjadi di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses ini berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian tururn kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terjadilah polip. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan polip nasi. Kerusakan epitel merupakan patogenesa dari polip. Sel-sel epitel teraktivasi oleh alergen, polutan dan agen infeksius. Sel melepaskan berbagai faktor yang berperan dalam reson inflamasi dan perbaikan. Epitel polip menunjukan hiperplasia sel goblet dan hipersekresi mukus yang berperan dalam obstruksi hidung dan rinorea. Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat juga timbul akibat iritasi kronis yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus
E. Manifestasi klinik
Manifestasi polip hidung tergantung pada ukuran polip. Pada polip yang berukuran kecil biasanya tidak ditemukan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin jika polip tersebut terletak dibagian anterior sedangkan polip yang terletak dibagian posterior tidak dapat terlihat pada pemeriksaan rutin rinoskopi anterior. Polip berukuran kecil pada daerah meatus medius dapat menghambat aliran saluran sinus, menyebabkan gejala-gejala sinusitis kronik atau akut rekuren. (Bestari Jaka Budiaman, 2009)
F. Diagnosis
Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik. Terlihat deformitas hidung luar.
3. Rinoskopi anterior. Mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung
4. Endoskopi. Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal.
5. Foto polos rontgen & CT-scan. Untuk mendeteksi sinusitis.
6. Biopsi. Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
G. Terapi Polip Hidung
Ada 3 macam terapi polip hidung, yaitu :
1. Medikamentosa : kortikosteroid, antibiotik & anti alergi.
2. Operasi : polipektomi & etmoidektomi.
3. Kombinasi : medikamentosa & operasi.
Pemberian kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya. Penggunaan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu singkat. Pemberian antibiotik jika ada tanda infeksi. Pemberian anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang,dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi.Pemberian antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi
Daftar Pustaka
Fadil,M, 2004, Diagnosis Dini Tumor hidung dan Sinus Paranasal. Kumpulan Makalah Seminar Sehari Penatalaksanaa Penyakit Hidung Masa Kini. Jakarta..
Fransina, R.Sedjawidada, Amsyar Akil, Fadjar Perkasa, Abdul Qadar Punagi, 2008, The Decrease Of Nasal Polyp Size After Cox-2 Inhibitor Treatment In Comparison With Corticosteroid Treatment, Ear Nose Throat Departement, Medical Faculty,Hasanuddin University, Makassar
Jhon E MD. Nasal Polyps, di akses dari : www.emedicine.com
Kirtane M V, Prathamesh S Pai. NASAL POLYPOSIS. BMJ 1995;311:1411-1414 (25 November)
Nizar, Nuty W, Endang Mangunkusumo.Polip Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga editor : Eliaty AS
Yulinah, Iskandar, Prof.Dr,Apt, dkk, 2009, Iso Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan; Jakarta
Subscribe to:
Posts (Atom)