Friday, December 23, 2011
OBAT KARDIOVASKULER
Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan pembuluh darah
Obat kardiovaskuler dibedakan:
Obat Antiangina
Obat Antiaritmia
Obat Glikosida
Obat Antihipertensi
Anti Angina
Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung
Penyebab angina:
Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan
Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler
Cara kerja Antiangina:
Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya. (penyekat reseptor beta)
Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah (vasodilator)
Kombinasi keduanya
Obat Antiangina:
Nitrat organik
Beta bloker
Calsium antagonis
Farmakodinamik
Khasiat farmakologik:
Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop
Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos (vasodilatasi)
Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja jantung
Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun , curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi)
Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri → karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena → curah darah jantung menurun
Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik → penurunan aliran darah balik ke jantung
Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos: bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di klinik
Farmakokinetik
Metabolisme nitrat organik terjadi di hati
Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
Ekskresi sebagian besar lewat ginjal
Sediaan dan Posologi
Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg
Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90 menit, lama kerja 3 – 6 jam
Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam
Sediaan
Nitrat kerja singkat (serangan akut)
Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat)
Amil nitrit inhalasi
Nitrat kerja lama:
Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta eritritol tetranitrat)
Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)
Nitrogliserin transmucosal/buccal
Nitrogliserin invus intravena
Efek Samping
Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia
Indikasi:
Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
Infark jantung
Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi reseptor alfa
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung menurun
Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi subendokard meningkat
Farmakodinamik
Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun obat adrenergik eksogen
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek anastesik lokal
Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
Menurunkan tekanan darah
Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
Menghambat glikogenolisis di hati
Menghambat aktivasi enzim lipase
Menghambat sekresi renin → antihipertensi
Farmakokinetik
Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
Sediaan
Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol, alprenolol
Contoh Obat Beta Blocker:
Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
Alprenolol: tab 50 mg
Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
Bisoprolol: tab 5 mg
Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
Pindolol: tab 5 dan 10 mg
Nadolol: tab 40 dan 80 mg
Atenolol: tab 50 dan 100 mg
Efek Samping
Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme
Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
Alergi; rash, demam dan purpura
Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi
Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi: angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung
Calsium Antagonis
Nama lain Ca antagonis = Calcium entry blocker = Calcium channel blocker
Macam:
Dihidropiridin: nifedipin, nikardipin, felodipin, amlodipin
Difenilalkilamin: verapamil, galopamil, tiapamil
Benzotizepin: diltiazem
Piperazin: sinarizin, flunarizin
Lain-lain: prenilamin, perheksilin
Farmakodinamik
Ion ca diperlukan untuk kontraaksi otot polos dan jantung
Ca antagonis → menghambat masuknya Ca kedalam membran sel (sarkolema) → kontraksi menurun
Mekanisme antiangina:
Vasodilatasi perifer
Pengurangan kontraktilitas miokard
Penurunan frekuensi jantung
Farmakokinetik
Nifedipin, verapamil dan diltiazem mudah larut dalam lemak mudah diabsorbsi pada pemberian po dan sublingual
Dosis:
Nifedipin (3x10-20mg),
Verapamil (3x80-120mg) dan
Diltiazem (3-4x60mg)
Efek Samping
Nyeri kepala berdenyut
Muka merah
Pusing
Edema perifer
Hipotensi
Takikardia
Kelemahan otot
Mual
Konstipasi
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Glikosida Jantung
Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea
Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di sarcolema kedalam sel →digitalis mempermudah kontraksi
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun → aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)
Farmakodinamik
Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
Mekanisme kerjanya:
Menghambat enzim Na, K ATP-ase
Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema, meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan (iritasi jaringan)
Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta pengosongan lambung
Distribusi glikosida lambat
Eliminasi melalui ginjal
Intoksikasi
Keracunan biasanya terjadi karena:
Pemberian dosis yang terlalu cepat
Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
Adanya predisposisi keracunan
Dosis berlebihan
Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan otot), penglihatan kabur
Sediaan
Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
Digoksin 0,25 mg
Beta-metildigoksin 0,1 mg
Anti Hipertensi
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah
Obat Antihipertensi dibedakan:
Diuretik
Beta bloker
Alfa bloker
Ca antagonist
Penghambat ACE
Penghambat saraf sentral
Vasodilator
Klasifikasi HT
Tahapan Terapi HT
Modifikasi pola hidup:
Penurunan BB
Aktivitas fisik teratur
Pembatasan garam dan alkohol
Berhenti merokok
Pilihan antihipertensi
Diuretik atau beta bloker
Penghambat ACE, antagonis Ca, alfa bloker, alfa,beta bloker
Diuretik
Cara kerja: meningkatkan ekskresi Na, Cl dan air → mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel → tekanan turun
Efek samping: hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperuresemia, hiperkalsemia, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia → mengurangi efek dengan dosis rendah dan pengaturan diet
Diuretik tiazid: Hidroklorotiazid, Klortalidon, Bendroflumetiazid, Indapamid, Xipamid
Diuretik kuat: furosemid
Diuretik hemat kalium: Amilorid, Spironolakton
Beta Blocker
Cara kerja:
Pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard → curah jantung berkurang
Hambatan pelepasan NE (nor epineprin) melalui hambatan reseptor beta-2
Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor beta-1 di ginjal
Efek sentral
Alfa Blocker
Alfa-1 bloker menghambat reseptor alfa-1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi NE dan E → terjadi dilatasi arteriole dan vena → tekanan turun
Efek NE di jantung tidak dihambat → kontraksi jantung meningkat → alfa bloker yang non selektif tidak efektif sbg AH
Efek samping: hipotensi ortostatik (pada dosis awal besar), sakit kepala, palpitasi, rasa lelah, udem perifer, hidung tersumbat, nausea
Contoh:
Doxazosin
Prazosin
Terazosin
Bunazosin
Alfa beta bloker: Labetalol
Penghambat ACE
Mengurangi pembentukan A2 (angiotensin2) → vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron → ekskresi natrium dan air serta retensi K → penurunan TD
Efek samping: batuk kering, rash, gangguan pengecap (disgeusia), GGA, hiperkalemia
Contoh Penghambat ACE
Kaptopril
Lisinopril
Enalapril
Benazepril
Delapril
Fosinopril
Kinapril
Perindopril
Ramipril
Silazapril
Calsium Antagonis
Ca antagonis → menghambat masuknya Ca kedalam membran sel (sarkolema) → kontraksi menurun → TD menurun
Gol dihidropiridin (nifedipin, nikardipin, isradipin, felodipin, amlodipin): bersifat vaskuloselektif → (1) tidak ada efek pd nodus AV dan SA, (2) menurunkan resistensi perifer tanpa depresi fungsi jantung, (3) relatif aman dlm kombinasi dng beta bloker
Efek samping: hipotensi berlebihan, takikardi, palpitasi, sakit kepala, pusing, muka merah
Adrenolitik Sentral
Adrenolitik sentral (alfa-2 agonis): Metildopa, Klonidin, Guanfasin
Klonidin, metildopa, guanfasin, guanabenzin adalah obat AH yang bekerja menghambat perangsangan neuron adrenergik di SSP → denyut jantung lambat → TD turun
Efek samping:
Klonidin: mulut kering, sedasi
Metildopa: mulut kering, sedasi, hipotensi postural, pusing, sakit kepala
Penghambat Saraf Adrenergik
Penghambat saraf adrenergik: Reserpin, Rauwolfia (akar), Guanetidin, guanadrel
Reserpin dan Alkaloid Rauwolfia →mengurangi resistensi perifer, denyut jantung dan curah jantung → TD turun
Efek samping: bradikardi, mulut kering, diare, mual, muntah, anoreksia, bertambahnya nafsu makan, hiperasiditas lambung, mimpi buruk, depresi mental, disfungsi seksual
Vasodilator
Vasodilator: Hidralazin, Minoksidil, Diazoksid, Na Nitroprusid
Merelaksasi otot polos → vasodilatasi → TD turun
Hidralazin menurunkan TD diastol > TD sistol dengan menurunkan resistensi perifer → lebih selektif mendilatasi arteriole daripada vena → hipotensi postural jarang terjadi
Efek samping: retensi Na dan air, sakit kepala, takikardi
Referensi
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Sumber copas http://dr-suparyanto.blogspot.com
Labels:
Farmakologi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment