Pada dasarnya terapi dengan menggunakan obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya. Namun ada hal – hal yang tidak dapat disangkal dalam pemberian obat yaitu kemungkinan terjadinya hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problems). Dimana DRP adalah suatu kejadian/ kondisi yang terkait dengan terapi dengan obat yang secara aktual maupun potensial akan berpengaruh pada out come pasien secara individu.
Ketidakberhasilan pengobatan ini dapat disebabkan oleh penulisan resep yang kurang tepat, penyerahan obat yang tidak tepat, perilaku pasien yang tidak mendukung, idiosinkrasi pasien dan pemantauan yang tidak tepat. Dari kelima hal tersebut diatas, tampaknya pemantauan (Monitoring) yang tidak tepat adalah penyebab utama kegagalan pengobatan tetapi justru kurang mendapat perhatian. Pemantauan merupakan salah satu kegiatan farmasi klinis di rumah sakit.
Dari hasil pemantauan dapat ditemukan kemungkinan masalah yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems), yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Ada indikasi tetapi tidak ada terapi
b. Ada terapi tetapi tidak ada indikasi
c. Salah obat
d. Dosis terlalu tinggi
e. Dosis terlalu rendah
f. ADR
g. Interaksi obat
h. Kepatuhan pasien
Berkenaan dengan kegiatan farmasi klinis seperti yang disebutkan diatas, yang salah satu kegiatannya berupa pemantauan peresepan yang dapat dilakukan secara sistematis dan apabila temuan – temuannya dapat ditindaklanjuti akan sangat membantu dalam mewujudkan pengobatan yang rasional bagi pasien, maka filosofi pelayanan farmasi klinis menurut Prof. Nicholas Barber (1990), adalah untuk memenuhi 4 hal berikut yaitu :
· Memaksimalkan efek terapi
· Meminimalkan resiko pengobatan
· Meminimumkan biaya pengobatan, dan
· Menghormati pilihan pasien. []
