AHLAN WA SAHLAN - SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBANTU ANDA - SILAHKAN MENULIS PESAN KRITIK DAN SARAN ^_^

Sunday, October 24, 2010

Sejarah Farmasi (1)


Melihat dunia kefarmasian dari sudut pandang sejarah mungkin termasuk sesuatu yang langka di Indonesia, tak terkecuali di kalangan para apoteker/farmasis sendiri. Padahal, sejarah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk merumuskan rencana masa depan yang lebih baik. Untuk itu artikel ini dibuat agar dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana kefarmasian muncul dan turut berperan sebagai bagian dari peradaban manusia.

ZAMAN PRASEJARAH

Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan menggunakan insting dan observasi terhadap burung-burung dan hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan air dingin, daun, kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba, manusia purba mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya. Dalam waktu singkat, mereka dapat menggunakan pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain. Meskipun menggunakan metode yang masih kasar, beberapa obat masa kini berasal dari sumber-sumber yang telah digunakan oleh nenek moyang kita tersebut.

Farmasi pada Masa Babylonia Kuno

Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut juga sebagai tempat munculnya peradaban manusia, adalah yang pertama menemukan dan melaksanakan praktek peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600 SM) melaksanakan tiga peran berbeda secara bersamaan sebagai agamawan, dokter, dan apoteker. Naskah-naskah kedokteran dan farmasi ditulis di atas papan-papan terbuat dari tanah liat yang berisikan gejala-gejala penyakit, resep dan cara peracikan obat, dan juga doa-doa. Orang-orang babylon telah berhasil menemukan hal-hal penting dalam upaya penyembuhan penyakit yang pada masa sekarang dikenal dengan farmasi modern, ilmu kedokteran, serta pengobatan secara spiritual.

FARMASI PADA MASA CINA KUNO

Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM), seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasi khasiat obat dari ratusan simplisia (bagian dari tumbuhan atau hewan yang berkhasiat obat misalnya: daun, herba, akar, kulit kayu dsb). Beliau diyakini mengujicoba beberapa simplisia tersebut terhadap dirinya sendiri, serta menulis Pen T-Sao pertama, yaitu tulisan asli tentang 365 jenis tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat obat. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herba, kulit kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam bidang kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol matematis dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium (kecubung), kulit kayu manis, dan juga ma huang, atau disebut juga ephedra (kini telah dapat dimurnikan menjadi efedrin yang banyak digunakan sebagai obat flu).

PADA MASA MESIR KUNO.


Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM dan mereka juga diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal, Papyrus Ebers, yang dibuat sejak 1500 SM. Papyrus Ebers tersebut memuat sekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat farmasi di Negara Mesir kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara yang bertindak sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai “Rumah Kehidupan”. Dengan seting kira-kira seperti gambar ini, Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli farmasi mengenai prosedur formulasi yang sedang dikerjakan.

PADA MASA YUNANI KUNO

Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno ternama yang dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani. Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan herba merupakan suatu pencerahan bagi peradaban manusia. Beliau bertindak sebagai pengajar bagi sekumpulan siswa yang mempunyai minat yang sama dengannya. Di dalam gambar ini Beliau memperagakan tanaman Belladonna, dan di belakangnya terletak bunga pomegranate, senna, dan juga manuskrip-manuskrip perkamen. Siswa juga terlihat menggunakan papan gading yang dilapisi madu warna sebagai alat tulis.

MITHRIDATES VI

Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM) yang senantiasa bertempur melawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan toksikologi yang menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis racun, namun juga bagaimana mencegah dan mengobati efek racun. Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan tubuhnya sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai “kelinci percobaan” dalam mengujicoba berbagai racun dan anti racun. tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak rhizotomists, offering fresh, flowering aconite, ginger (jahe) ,dan gentian. Dan di kanan bawah gambar terletak dua buah wadah biang sampanye. Formula yang diramu Mithridates yang paling terkenal adalah suatu panantidotal yang populer digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal dengan Mithridatum.

TERRA SILGILLATA: MEREK OBAT PERTAMA

Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat dari merek dagang yang merupakan identitas suatu barang yang digunakan untuk meraih konsumen. salah satu obat yang memakai merek dagang adalah Terra Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM. setiap tahunnya tanah liat digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh pemerintah dan pendeta-pendeta. Tanah liat dicuci, disuling, dan digulung dengan ketebalan tertentu, kemudian dibentuk seperti pastilles dan diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Lalu tablet-tablet itu didistribusikan secara komersial.

DIOSCORIDES

Berbagai pencapaian dalam ilmu pengetahuan memotivasi banyak saintis untuk melakukan observasi atau studi intensif. Penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan perdagangan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios Dioscorides (abad pertama masehi), adalah saintis yang telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian. Untuk mempelajari Materia Medica, beliau melakukan kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia. Dia mencatat hasil-hasil observasi, menyampaikan tentang cara yang baik dalam mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah dilakukannya terus digunakan sampai pada abad keenam.

GALEN

Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih sangat dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200 M) merupakan pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma, metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah diabadikan dalam nama sediaan obat yang dibuat dengan metode peracikannya yang dikenal dengan sediaan galenika. Beliau adalah penemu dari formula krim dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di laboratorium farmasetika (peracikan obat) modern masa kini.

DAMIAN DAN COSMAS


Bentuk kerjasama yang harmonis antara dua profesional kesehatan, farmasi (apoteker) dan kedokteran (dokter) digambarkan secara menarik oleh pasangan kembar, Damian (apoteker) dan Cosmas (Dokter). Pasangan tersebut merupakan keturunan arab yang beragama nasrani. Mereka memasukkan unsur religius dalam pengetahuan mereka untuk membantu pasien. Karir mereka berahir pada tahun 303 M secara martir dan selama berabad-abad makam mereka di Kota Syiria (Cyprus) dianggap suci. Mereka termasuk dari deretan saintis penting yang menyokong kefarmasian dan kedokteran.

Demikianlah Sejarah Kefarmasian Dunia mulai dari era prasejarah sampai dengan abad ketiga. Kelak di kemudian hari ilmu kedokteran dan farmasi berpindah ke tangan dan lebih berkembang luas pada masa Kejayaan Islam Dinasti Abbasiyah dengan Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban.

No comments:

Post a Comment