ACE inhibitors merupakan terapi utama pada pasien dengan gagal jantung. Bekerja dengan menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Menyebabkan penurunan produksi Angiotensin II, pada gilirannya aldosteron menurun namun tidak sepenuhnya dieliminasi. Penurunan angiotensin II dan aldosteron mengurangi kemungkinan terjadinya remodeling ventrikel, fibrosis miokard, apoptosis sel miosit, hipertrofi jantung, pelepasan neurotransmiter, vasokonstriksi, dan natrium dan retensi air (Dipiro et al, 2008).
Terapi gagal jantung ringan biasanya dimulai dengan ACE Inhibitor (kaptopril) yang dapat menurunkan beban pada jantung dan pada uji klinis menunjukkan bahwa ACE Inhibitor menurunkan gejala, memperlambat progress penyakit, dan memperpanjang hidup pada pasien gagal jantung kronis. ACE Inhibitor merupakan vasodilator yang paling sesuai pada gagal jantung karena dapat menurunkan retensi arteri maupun vena dengan mencegah peningkatan angiotensin II (vasokonstriktor) yang sering ditemukan pada gagal jantung. Hal tersebut menyebabkan curah jantung meningkat karena terjadi penurunan resistensi vaskular, sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke ginjal. Aliran darah ke ginjal yang meningkat menyebabkan penurunan produksi aldosteron (angiotensin II merupakan stimulus untuk pelepasan aldosteron), meningkatkan eksresi natrium dan air, menurunkan volume darah, mengurangi aliran balik vena ke jantung. Akhirnya menurunkan beban kerja jantung pada pasien gagal jantung (Neal, 2005).
Pasien yang diobati dengan ACE inhibitor mengalami kegagalan pengobatan lebih sedikit, rawat inap lebih sedikit, dan sedikit penyebabkan peningkatan dosis diuretik. Pengaruh menguntungkan dari inhibitor ACE pada kematian telah didokumentasikan secara meyakinkan, pada berbagai percobaan menunjukkan 20-30% terjadi penurunan mortalitas (kematian) dengan terapi penghambat ACE. Sebuah studi jangka panjang (12 tahun), menunjukkan manfaat kelangsungan hidup berkelanjutan pada pasien yang diobati dengan enalapril. Selain meningkatkan kelangsungan hidup, inhibitor ACE juga menurunkan risiko kematian atau masa inap di rumah sakit, dan memperlambat progress gagal jantung. ACE Inhibitor superior untuk terapi vasodilator. Penyebab paling umum dari gagal jantung adalah iskemik jantung yang mengakibatkan hilangnya miosit, diikuti oleh dilatasi ventrikel dan remodeling jantung yang dapat diatasi oleh ACE Inhibitor (Dipiro et al, 2008).
Diabetes mellitus, merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung yang juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal jantung sehingga dengan pemberian enalapril dapat menurunkan resiko kejadian gagal jantung. Selain itu, pada suatu penelitan menyatakan bahwa penggunaan ACE Inhibitor efektif mencegah kejadian Gagal jantung pada pasien hipertensi dan gaagl ginjal. Terkait dosis, tidak ada perbedaan di mortaliti ditemukan antara kelompok dosis tinggi dan dosis rendah (Dipiro et al, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa ACE inhibitor menurunkan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan penurunan angka kematian pada pasien gagal jantung. Dengan demikian, semua pasien dengan gangguan ventrikel kiri harus menerima ACE inhibitor kecuali ada kontraindikasi atau intoleransi (Dipiro et al, 2008).
No comments:
Post a Comment