AHLAN WA SAHLAN - SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBANTU ANDA - SILAHKAN MENULIS PESAN KRITIK DAN SARAN ^_^

Thursday, December 29, 2016

OBAT GAGAL JANTUNG : ANTAGONIS ALDOSTERON

Aldosteron merupakan senyawa neurohormon yang berperan penting dalam remodeling ventrikuler, menstimulasi reabsorpsi Na dan K, terutama dengan menyebabkan kenaikan deposisi kolagen dan fibrosis jantung. Proses tersebut dihambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis aldosteron. Di ginjal, antagonis aldosteron bekerja dengan menghambat reabsorbsi natrium dan ekskresi kalium. Dalam hati, antagonis aldosteron bekerja dengan menghambat depisisi matriks dan kolagen jantung ekstraseluler sehingga menurunkan fibrosis jantung dan remodeling ventrikuler (Dipiro et al, 2008).

Spironolakton dan eplerenon merupakan aldosteron inhibitor yang bekerja dengan menghambat reseptor mineralkortikoid yang merupakan target aksi aldosteron. Di ginjal, penghambatan aldosteron menyebabkan penghambatan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium. Di jantung, antagonis aldosteron menghambat matrik ekstraselular jantung dan perubahan kolagen yang menyebakan penghambatan kejadian fibrosis jantung (remodeling jantung). Secara khusus, spironolakton dikaitkan dengan penurunan 30% ditotal kematian, penurunan 36% dalam kematian akibat jantung progresif dan penurunan 29% dalam kematian mendadak (Dipiro et al, 2008). 

Spironolakton secara kompentitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi natrium (Cl dan H2O) dan menurunkan sekresi kalium. Hanya 2% dari reabsorpsi natrium total yang berada di bawah kendali aldosteron, sehingga antagonis aldosteron memiliki efek yang lemah terhadap hambatan reabsorpsi natrium (Neal, 2005).

Dosis rendah spironolakton dalam dapat ditoleransi. Efek samping yang paling umum adalah ginekomastia, yang terjadi pada 10 % laki-laki. Kemungkinan risiko hiperkalemia serius dan memburuknya fungsi ginjal dapat terjadi pada pengguna antagonis aldosteron, ditunjukkan 25- 40% pasien kemungkinan mengalami hiperkalemia (> 5 mEq / L) dan bahwa 10- 12% terjadi hiperkalemia serius (> 6 mEq / L). Sehingga dalam penggunakan antagonis aldosteron harus dilakukan pemantauan yang teliti terhadap fungsi ginjal dan konsentrasi kalium (Dipiro et al, 2008).

Manfaat dari antagonis aldosteron pada gagal jantung muncul pada sebagian besar pasien karena inhibisi neurohormonal. Secara spesifik, manfaat yang diyakini yaitu karena kemampuan dari menghambat fibrosis jantung yang dapat berakibat terjadinya remodeling ventrikel. Dengan demikian, seperti ACE Inhibitor dan Beta blocker, data pada antagonis aldosteron juga mendukung model neurohormonal gagal jantung. Dosis rendah antagonis aldosteron mungkin dapat diberikan pada pasien dengan gagal jantung yang menengah maupun gagal jantung yang sifatnya berat dan pada pasien pada pasien gagal jantung usia lanjut yang telah infark miokard (Dipiro et al, 2008).

No comments:

Post a Comment