AHLAN WA SAHLAN - SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBANTU ANDA - SILAHKAN MENULIS PESAN KRITIK DAN SARAN ^_^

Wednesday, December 28, 2016

OBAT GAGAL JANTUNG : BETA-BLOKER

Berdasarkan penelitian RCTs, Beta-bloker terbukti dapat menurunkan morbiditi dan mortaliti pada pasien gagal jantung. American Heart Asossiation (AHA) menyatakan bahwa dalam penanganan gagal jantung beta-bloker direkomendasikan untuk digunakan pada pasien gagal jantung dengan penurunan Fraksi Ejeksi (EF). Pasien yang mendapatkan terapi beta-bloker merupakan pasien yang merasakan gejala ringan, atau pasien yang terkontrol dengan diuretik maupun ACE Inhibitor karena pada pasien yang terkontrol mereka masih beresiko mengalami perkembangan penyakit (Dipiro et al, 2005; Dipiro et al, 2008). 

Sejumlah mekanisme potensial telah dikemukakan untuk menunjukkan efek menguntungkan beta-bloker pada pasien gagal jantung. Meskipun tidak jelas dijelaskan, ada kemungkinan mekanisme efek antiaritmia, memperlambat remodeling ventrikel dengan stimulasi, penurunan kematian miosit dari katekolamin yang menginduksi nekrosis atau apoptosis, merubah fungsi sistol ventrikel kiri, menurunkan denyut jantung dan tekanan dinding ventrikel, dan menghambat pengeluaran renin plasma (Dipiro et al, 2008). Mekanisme lain yang mungkin terjadi yaitu beta-bloker kemungkinan memblok efek perusakan pada jantung dari aktivitas simpatis yang berlebihan (Neal, 2005).

Penting untuk diingat bahwa penambahan dosis ACE Inhibitor hingga dosis optimal tidak relevan dilakukan sebelum penambahan terapi dengan Beta bloker. Hal ini disebabkan, kombinasi terapi ACE Inhibitor dengan Beta bloker lebih menguntungkan dibanding peningkatan dosis optimal ACE Inhibitor. Sehingga Beta bloker direkomendasikan pada pasien yang mengalami gejala gagal jantung dengan penurunan Fraksi Ejeksi (Gagal jantung stage B). Aspek penting bagi penggunaan aman beta-bloker pada gagal jantung adalah inisiasi terapi pada rendah dosis, dengan dosis titrasi, dan edukasi terhadap pasien (Dipiro et al, 2008). 

Beta-blokers telah diteliti secara ekstensif, pada lebih dari 20.000 peserta uji coba terkontrol. Tiga beta-bloker yang menunjukkan dapat menurunkan mortaliti yaitu carvedilol, metoprolol lepas lambat dan bisoprolol. Beta-bloker pada pasien gagal jantung stage II dan III merupakan standar terapi. Carvedilol menghasilkan pengurangan 7,1% tingkat kematian (dari 18,5% menjadi 11,4%). Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan pada metoprolol terjadi penurunan 34% kejadian kematian dan 41% penurunan kematian mendadak. Pada penelitian yang dilakukan terhadap bisoprolol terlihat penurunan 26% kejadian kematian dan 44% penurunan kematian mendadak. Terlihat jelas menguntungkan penggunaan Beta-bloker pada semua pasien dengan gejala gagal jantung sistolik (Dipiro et al, 2008). 

Selain data tentang efek β-blocker pada kelangsungan hidup, terdapat data yang menunjukkan perbaikan di berbagai titik akhir lainnya. Semua uji klinis dengan populasi yang besar telah menunjukkan penggunaan beta-bloker menghasilkan 15% sampai 20% penurunan rawat inap. Efek positif dari beta-bloker pada fungsi sistolik ventrikel kiri juga sudah sangat konsisten di seluruh studi. Setelah beberapa minggu sampai bulan penggunaan beta-bloker meningkatkan Fraksi Ejeksi, menurunkan masa ventrikel, memperbaiki bentuk jantung, dan menurunkan volume sistolik dan diastolik. Efek kolektif disebut remodeling reverse, mengacu pada fakta bahwa kembalinya jantung terhadap ukuran normal, bentuk, dan fungsi yang semestinya (Dipiro et al, 2008).

No comments:

Post a Comment