AHLAN WA SAHLAN - SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBANTU ANDA - SILAHKAN MENULIS PESAN KRITIK DAN SARAN ^_^

Tuesday, December 27, 2016

Penanganan Pasien Gagal Jantung

Manajemen terapi gagal jantung di antaranya meningkatkan kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup. Algoritma penatalaksanaan gagal jantung menurut ACC/AHA practice guidelines dibagi berdasarkan stage yaitu :

1. Pasien stage A belum mengalami gagal jantung dan tidak memiliki penyakit jantung struktural, namun beresiko tinggi mengalami gagal jantung (pasien hipertensi, Diabetes). Pengobatan dengan ACE Inhibitor

2. Pasien stage B memiliki kelainan struktural jantung, namun belum mengalami tanda dan gejala gagal jantung. Pengobatan dengan ACEI + Beta bloker. Jika kontraindikasi terhadap ACEI bisa diganti ARB.

3. Pasien stage C sudah mengalami gagal jantung dilihat dari adanya kelainan struktural jantung struktural serta pasien mengalami tanda dan gejala gagal jantung. Pengobatan dengan ACEI + Beta bloker + Diuretik + Digoksin.

4. Pasien stage D merupakan perkembangan dari stage C yang bertambah parah karena pasien mengalami refraktori gagal jantung pada saat istirahat. Harus dengan implantasi jantung (Dipiro et al, 2008).

Menurut NYHA (New York Heart Assosiation), terkain gagal jantung stage C dapat dibagi dalam 4 kelas yaitu 1, 2, 3, 4, dijelaskan sebagai berikut:

I. Tidak ada batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan rasa lelah, palpitasi atau sesak nafas yang tidak semestinya 
II. Ditandai keterbatasan fisik, rasa lelah palpitasi, dispnea, atau angina.
III. Ditandai keterbatasan aktivitas fisik. Nyaman saat beristirahat, tapi aktivitas yang lebih sedikit dari biasanya mengakibatkan rasa lelah, palpitasi atau sesak nafas. 
IV. Tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan nyaman. Gejala insufisiensi kardiak pada istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan ketidaknyamanan bertambah (Dipiro et al, 2008).

Penatalaksanaan terapi penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan secara non farmakologis dan farmakologis. Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan progosis, meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga semakin cepat mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya. Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek terhadap kelangsungan hidup belum dapat dibuktikan (Dipiro et al, 2008).

No comments:

Post a Comment